Kadang bangkai bisa saja jadi tak akan pernah tercium
selamanya…
jika seseorang itu mencium baunya tapi pura-pura tidak
menciumnya, atau menyangkal mencium bau
bangkai itu.
Namun perasaan cinta itu bukanlah sebuah bangkai.
Meski ia terselip dalam sebuah hubungan yang rumit dan bernama “pertemanan”,
perasaan tetaplah perasaan.
Gua orang yang percaya pada sebuah ungkapan…
“Cewek dan cowok tidak pernah bisa menjadi best
friend sepenuhnya.”
Intensitas ketemu, ngobrol, dan saling terbuka mungkin
saja perlahan, sedikit demi sedikit menumbuhkan rasa cinta, atau minimal sukalah
^^.
Pasti Dalam sebuah pertemanan seorang cowok dan cewek,
pasti bisa aja ada salah satu pihak yang sempat berpikir,
“Dia baik banget sama gua. Mungkin gak sih gua suka
sama dia? Apa mungkin kita bakal jadian?”
atau
“Kalau bukan suka? Kenapa gua mesti cemburu kalo dia
sama yang lain? Padahal gua sama dia cuma temen.”
Dan akhirnya pemikiran dan perasaan itu dibunuh dan
dikubur dalam-dalam dengan batu nisan bertuliskan “atas nama pertemenan”
tertancap di atasnya.
Dari contoh yang di atas..
kadang gua berpikir pertemanan itu kejam. Sebuah
pertemanan di antara dua manusia berbeda jenis kelamin, kemudian tumbuh
rasa-rasa di dada.
“Apakah itu semua salah manusia? Bukankah cinta datang
sendirinya tanpa diduga-duga?”
Terkadang Banyak orang yang rela membunuh rasanya
sendiri hanya untuk menyelamatkan kedekatan dengan dia (dalam wujud teman) yang
dipuja, dan untuk tetap bisa menjalani kebiasaan-kebiasaan bersamanya (meski
dalam wujud teman).
Sederhananya, pasti ada yang memilih memendam rasa hanya
karena takut jadi jauh karena dia gak punya perasaan yang sama.
Miris, memang...
Namun apa daya? Memang kadang rasa cinta yang
tiba-tiba ada bisa menghancurkan jalinan pertemanan yang sudah dibangun sejak
lama. Atau sebaliknya, status pertemanan yang ada membunuh sebuah cinta yang
bersemi tiba-tiba.
“Nggak kok. Gua sama best friend gue gak ada rasa
apa-apa.”
Mungkin lo bilang nggak. Mungkin dia juga bilang nggak
juga pas ditanya.
Tetapi apa yang di dalam hati,?? gak ada yang pernah tau kan…
bahkan diri lo sendiri.
Terus, siapa yang berharap dalam hubungan pertemanan lo
dengannya? Dia, atau lo?
Dan sampai kapan mau membohongi diri sendiri?
Pertanyaan terakhir dalam hidup lo adalah…
Apakah pertemanan dan kedekatan itu lebih berharga
dari rasa cinta yang tercipta? Dan apa lo tega membunuhnya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar