Selasa, 01 Januari 2013

Sometimes friendship kills love


                         


Kadang bangkai bisa saja jadi tak akan pernah tercium selamanya…
jika seseorang itu mencium baunya tapi pura-pura tidak menciumnya, atau menyangkal  mencium bau bangkai itu.

Namun perasaan cinta itu bukanlah sebuah bangkai. Meski ia terselip dalam sebuah hubungan yang rumit dan bernama “pertemanan”, perasaan tetaplah perasaan. 
Gua orang yang percaya pada sebuah ungkapan…

“Cewek dan cowok tidak pernah bisa menjadi best friend sepenuhnya.”

Intensitas ketemu, ngobrol, dan saling terbuka mungkin saja perlahan, sedikit demi sedikit menumbuhkan rasa cinta, atau minimal sukalah ^^. 
Pasti Dalam sebuah pertemanan seorang cowok dan cewek, pasti bisa aja ada salah satu pihak yang sempat berpikir,

“Dia baik banget sama gua. Mungkin gak sih gua suka sama dia? Apa mungkin kita bakal jadian?”
atau
“Kalau bukan suka? Kenapa gua mesti cemburu kalo dia sama yang lain? Padahal gua sama dia cuma temen.”

Dan akhirnya pemikiran dan perasaan itu dibunuh dan dikubur dalam-dalam dengan batu nisan bertuliskan “atas nama pertemenan” tertancap di atasnya.

Dari contoh yang di atas..
kadang gua berpikir pertemanan itu kejam. Sebuah pertemanan di antara dua manusia berbeda jenis kelamin, kemudian tumbuh rasa-rasa di dada.

“Apakah itu semua salah manusia? Bukankah cinta datang sendirinya tanpa diduga-duga?”

Terkadang Banyak orang yang rela membunuh rasanya sendiri hanya untuk menyelamatkan kedekatan dengan dia (dalam wujud teman) yang dipuja, dan untuk tetap bisa menjalani kebiasaan-kebiasaan bersamanya (meski dalam wujud teman).

Sederhananya, pasti ada yang memilih memendam rasa hanya karena takut jadi jauh karena dia gak punya perasaan yang sama.

Miris, memang...
Namun apa daya? Memang kadang rasa cinta yang tiba-tiba ada bisa menghancurkan jalinan pertemanan yang sudah dibangun sejak lama. Atau sebaliknya, status pertemanan yang ada membunuh sebuah cinta yang bersemi tiba-tiba.

“Nggak kok. Gua sama best friend gue gak ada rasa apa-apa.”
 Mungkin lo bilang nggak. Mungkin dia juga bilang nggak juga pas ditanya.

Tetapi apa yang di dalam hati,?? gak ada yang pernah tau kan… bahkan diri lo sendiri.
Terus, siapa yang berharap dalam hubungan pertemanan lo dengannya? Dia, atau lo?
Dan sampai kapan mau membohongi diri sendiri?
Pertanyaan terakhir dalam hidup lo adalah…
Apakah pertemanan dan kedekatan itu lebih berharga dari rasa cinta yang tercipta? Dan apa lo tega membunuhnya?
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar